Anak adalah karunia bagi kedua orang tuanya, oleh sebab itu proses mendidik anak menjadi bagian penting yang apabila salah dalam mendidik akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan sang anak maupun kedua orang tuanya. Karena pentingnya mempersiapkan generasi penerus ini, maka Islam tidak asal memberikan panduan pendidikan anak usia dini.
Dalam suatu riwayat Abu Dawud dan lainnya dengan sanad yang shahih lighairihi (shahih karena dikuatkan dengan sanad yang lain), dari Al-‘Irbadh bin Sariyah, dia berkata:
وَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى الهُِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati kami dengan nasehat yang menyentuh, meneteslah air mata dan bergetarlah hati-hati. Maka ada seseorang yang berkata:
“Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan. Maka apa yang akan engkau wasiatkan pada kami?” Beliau bersabda:
“Aku wasiatkan pada kalian untuk bertakwa kepada Allah serta mendengarkan dan mentaati (pemerintah Islam), meskipun yang memerintah kalian seorang budak Habsyi. Dan sesungguhnya orang yang hidup sesudahku di antara kalian akan melihat banyak perselisihan.
Wajib kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin Mahdiyyin (para pemimpin yang menggantikan Rasulullah, yang berada di atas jalan yang lurus, dan mendapatkan petunjuk). Berpegang teguhlah kalian padanya dan gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian.
Serta jauhilah perkara-perkara yang baru. Karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat.“
Dalil dalam hadits ini ada dalam penggabungan antara sunnah nabawiyyah dengan sunnah Khulafaur Rasyidin Mahdiyyin. Perhatikanlah bagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan kalimat beliau ini sebagai wasiat terakhir untuk umat sesudah beliau
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra, sahabat Rasullulah telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya mendidik anak. Berikut 3 tahapan mendidik anak secara Islami yang dipastikan berkahnya baik untuk sang anak maupun keluarganya;
Perlakukanlah Anak Usia 0 Hingga 7 Tahun Layaknya Seorang Raja
Pendidikan anak dalam keluarga dimulai sejak usia 0 lewat men-tahnik yang kemudian dilanjutkan dengan peran ayah yang sangat penting pada usia ini. Didiklah anak layaknya seorang raja dengan ketulusan dan kelembutan karena hal itu sangat berpengaruh pada perilaku mereka kelak ketika dewasa. Di usia ini perlu bagi sang ayah untuk memberikan waktu yang berkualitas dengan menunjukan kasih sayang, dan keteladanan.
Selayaknya memperlakukan seorang raja, sesibuk apapun kita, kala ia memanggil hendaknya kita menghampirinya. Jangan menunggu sampai ia menangis atau berteriak lebih kencang. Kelak ketika dewasa mereka tidak akan menangguhkan panggilan kita, sesibuk apapun mereka.
Begitu pula apabila sang anak melakukan kesalahan, hadapilah dengan lemah lembut.
Perlakukanlah Anak Usia 7 Hingga 14 Tahun Layaknya Seorang Tahanan
Cara mendidik anak usia dini di rentang usia 7 hingga 14 tahun adalah menanamkan disiplin, kejujuran, kebiasaan baik dan yang terpenting adalah menanamkan Iman kepada Allah s.w.t.
Menanamkan Iman saat rentang usia ini, jauh lebih penting dibandingkan Al-quran. Hal ini sebagaimana yang disebutkan (dalam riwayat), bahwasanya yang termasuk dari petunjuk shahabat dan juga Sunnah adalah mengajarkan tauhid dulu kepada anak-anak sebelum al-Quran, bukan malah sebaliknya (yakni mengajar al-Quran dulu baru tauhid) sebagaimana mayoritas manusia saat ini.
قال جندب بن جنادة رضي الله عنه: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا، وأنتم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان. رواه ابن ماجه وصححه الألباني
Jundub bin Junadah –radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Kami telah bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani)
Anak pada usia 7 hingga 14 tahun diberkahi dengan daya tangkap dan daya tiru yang luar biasa oleh karena itu selain menanamkan Iman, mendidik anak pada usia 7 – 14 tahun secara Islami para orang tua juga harus menjauhkan dari perilaku syirik, termasuk salah satunya mempercayai atau bermain main dengan ramalan bintang.
Dilanjutkan dengan membiasakan bersyukur pada Allah s.w.t pada saat kondisi lapang maupun sulit perlu ditanamkan pada usia ini, berikut dengan kebiasaan mendirikan sholat fardhu dan tidak boros dalam mempergunakan harta.
Perlakukanlah Anak Usia 14 Hingga 21 Tahun Layaknya Seorang Kawan
Pada usia ini anak akan mengalami banyak perubahan, Usia ini adalah usia dimana anak tengah mengalami masa pubertas. Masa dimana mereka menginjak aqil baligh. Di usia ini sahabat Ali r.a mengajak orang tua untuk memperlakukan anak sebagai seorang sahabat.
Di sini ia membutuhkan sosok sahabat untuk diajak bercerita, Orang tua hendaknya tidak terlalu mengekang namun juga tidak melepaskan secara menyeluruh tentang apa yang akan mereka lakukan. Orang tua memberikan mereka kebebasan selama masih tidak bertentangan dengan Quran dan As-Sunnah, agar mereka tidak jatuh pada hal yang salah dan tidak baik menurut syariat.
Bentuk implementasi membimbing anak di usia 14 hingga 21 adalah memberikan kepercayaan dan menanyakan pendapat anak saat ada masalah atau hal yang perlu dirundingkan dalam keluarga. Pada tahap ini juga termasuk memberikan amanah dan kejujuran pada anak.
Ajarkan juga pada anak untuk berbakti kepada kedua orang tua, sebab berbakti pada orang tua adalah perintah pertama yang Allah perintahkan setelah kita mentauhidkan Nya. Sebagaimana dalam surah Al-Luqman : 14 . Tujuannya agar kelak menjadi pribadi yang memburu ridha Allah dan menegakan tiangnya agama dan amar Ma’ruf nahi mungkar.
Membiasakan anak untuk bersabar dan tidak sombong atau membanggakan diri perlu lebih ditekankan pada usia 14 hingga 21 tahun, karna pada usia ini mereka akan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar. Salah satu implementasinya bisa diterapkan dengan membiasakan berpakaian sederhana menjauhkan dari hidup yang bergelimang harta/materi.
Nah, ketika sang anak telah dewasa nanti, Orang tua memberikan anak kebebasan untuk menentukan pilihan mereka. Jangan mendikte mereka sesuai dengan apa yang kita inginkan selama keinginan anak tidak bertentangan dengan Allah. Biarkan anak mengejar cita-citanya. Kita sebagai orang tua hanya wajib mengawasi, mengingatkan dan menasihati ketika mereka menyimpang sesuai dengan surat Al-ashr 1-3.
Dalam mendidik anak secara Islami tidak saja lewat lisan tapi diperlukan contoh dari kedua orang tua nya. Boleh jadi kita sering menasehati dan mengharapkan anak untuk menjadi anak yang soleh / soleha tapi sudahkan kita memberi contoh atau mendidiknya sesuai dengan cara Islami ?