Dracula Untold poster

Dracula Untold, Mencoba Merubah Fakta Sejarah

Kalau biasanya kita mengenal sosok dracula sebagai ‘penghisap darah’, namun kali ini Gray Shore coba menyajikan dracula sebagai korban. Sosok yang humanis dan terpaksa bersekutu dengan iblis sesuai dengan taglinenya: “To Fight Evil, a Hero Will Turn to Darkness“.

Sebagai sebuah film fiksi, “Dracula Untold” memang tidak disuguhkan sebagai film yang mencomot hasil riset atas sejarah yang bisa dipertangungjawabkan. Ini yang menjadi tameng Gray, kalau ada pihak yang mengkritik sebab jalan cerita yang ditampilkan bertolak belakang dengan fakta sejarah. Intinya, mau seancur apapun, mau merugikan pihak manapun, toh ini cerita fiksi bro.

Meski katanya “Dracula untold” ini hanya ditujukan sebagai film hiburan, tapi sebagaimana banyak film propaganda, suatu cerita pasti akan membawa dampak masif apabila dilakukan berulang ulang.  Ngak percaya? masih inget kan cerita kancil yang mencuri ketimun malah dianggap cerdik, padahal maling.

Secara jalan ceritanya sendiri sih saya ngerasa biasa aja, apalagi kalau melihat score di IMDB. Dracula untold bukan film spesial yang istilahnya ‘wajib tonton’. Tapi seru disini, di kontroversinya.

Muhammad Al-Fatih

Gelar “Al-Fatih” Artinya sang pembebas yang disematkan bukan saja oleh kaum muslim tapi juga oleh non muslim. Khususnya setelah Konstatinopel dibebaskan dari romawi timur, Gereja dan tempat ibadah non muslim dibiarkan tetap berdiri, tidak diutak-atik sedikit pun. uniknya di dracula untold, Muhammad Al-Fatih ditempatkan sebagai evil.

Khilafah dan Pasukan Utsmani

Mereka digambarkan sebagai pasukan yang bengis dan kejam, tanpa kode etik dan moral saat berperang. Sementara uniknya, fakta sejarah perang mencatat bahwa pasukan utsmani dibawah pimpinan Muhammad Al-fatih merupakan pasukan terbaik mulai dari sisi keterampilan hingga etika dan moral. Sebaliknya, Vlad III Dracul adalah sosok yang licik dan kejam.

The Dark Ages

Kisah dracula untold yang mengambil setting cerita pada zaman “kegelapan” sebenarnya telah membuka fakta bahwa pada massa itu eropa berada pada zaman kegelapan “The Dark Ages”. Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Bagdad sudah menjadi kota kosmopolitan, jalan2nya sudah rapih berbatu rata dengan lampu2 menerangi di malam hari yg dijaga oleh polisi di setiap sudutnya.

Saat itu agama islam dan hukum islam, bukan saja ritual ibadah tapi lebih mendalam lagi, menjadi tuntunan penuh bagaimana menjalani hidup termasuk hukum sebab-akibat. Kota Baghdad pada masa Abbasiyah saat itu berbentuk bundar.  di tengah kota bertengger Istana Khalifah nan megah bernama Al-Qasr Az-Zahabi (Istana Emas), di samping istana berdiri Masjid Jami Al-Mansur seluas 100 x 100 meter. Kubahnya menjulang tinggi ke langit setinggi 130 kaki.

Tempat Ilmuwan Bermula

Masih dari dari dark ages di eropa sana, pada masa Abbasiyah, banyak ilmuwan besar lahir dari sini dunia islam mengenalkan pengunaan sabun dan kertas mengajarkan dari cara berhadas/bersuci hingga cara membaca dan belajar. Ilmu pengetahuan diimpor secara besar2an… sekolah2 gratis dan mendapat uang saku, orang orang berilmu sangat dihormati.

DI abad ke-12, Ilmu dari dunia Islam mulailah menyebar ke barat. Misalnya tokoh pelopor scientist asal Inggris Adelard of Bath. Ia mengajarkan banyak karya Al-Khawarizmi dan juga karya Euclid, Elements dari buku yangg berbahasa Arab. ini adalah awal kesadaraan eropa terhadap ilmu matematika modern.

Angka desimal yang kita kenal 0, 1 – 9 atau awalnya dikenal sebagai Arabic Numbers diperkenalkan ke masyarakat eropa lewat Leonardo of Pisa atau Fibonacci.

Jadi cocokah fight to evil ditujukan pada Turki Ustmani, khususnya Muhammad Al-Fatih?

Leave a Comment

Saya Baru Aja Dapat Ilmu MAHAL, Kebayang Kalau Bocor Ke Orang. Kamu Mau?