[icon_box title=“@DaruratSiroh“ icon=” icon-instagram” image=”” icon_position=”left” border=”0″ link=”https://www.instagram.com/daruratsiroh/” target=”_blank” animate=”” class=””]Follow @DaruratSiroh – Literatur fakta sejarah dunia dengan sudut pandang Netral tanpa negatif thinking – إنا فتحنا لك فتحا مبينا.[/icon_box]
Revolusi Perancis pada abad XVIII mengubah wajah dunia barat. Semua hal yang berkaitan dengan tradisi dan hierarki, monarki, aristokrasi dan paling utama kekuasaan Gereja katolik tergantikan prinsip baru, yaitu Liberte, Egalite dan Fraternite. .
Dampak revolusi ini tidak hanya santer di Perancis tapi juga menyebar ke wilayah Eropa. Tak terkecuali Kerajaan Turki Ustmani yang perlahan semakin jauh dari Islam dan lekat dengan Bid’ah (Praktek Agama yang tidak ada prosedur / tuntunannya). Sistem Monarki Ustmani mulai digugat intelektual-intelektual lokal yang terpengaruh ideologi Sekuler – Revolusi Perancis.
Sebab gagasan Sekulerisme, Nasionalisme, dan Modernisme, Eropa melepas kepercayaannya (Agama) sebab hal itu Eropa justru mengalami kebangkitan intelektual. Hal ini tentu menjadi trending topic dan semangat gerakan gerakan pembaruan yang salah satu imbasnya adalah perkembangan teknologi dan industri.
Perkembangan ini membuat para pemuda Ustmani yang jauh dari izzah Islam makin terbius, terpesona dan mengagung agungkan kebudayaan barat, walhasil menimbulkan arus deras weternisasi dan sekaligus keterpurukan Ustamani sebab meninggalkan Islam.
Keruntuhan Imperium Turki Ustmani merupakan hal yang unik, tidak seperti negara atau Imperium lainnya yang jatuh karna peperangan atau perebutan kekuasaan. Turki Ustmani justru runtuh disebabkan konspirasi sebuah gerakan infiltrasi yang bekerja secara rahasia dan konsisten. Namun kesamaannya hampir serupa dengan Imperium kerajaan Islam lainnya, yakni runtuh sebab kelengahannya akan kemewahan nikmat dunia.